Pagi ini hujan turun,
Delisa duduk di koridor kelas ia merasakan tetes demi tetes air hujan yang
turun dengan tenang begitu indah mengalir membasahi pagi ini. Tiba-tiba sosok
lelaki datang di hadapan delisa, matanya mengikuti jejak langkah lelaki itu,
mungkin perasaan lelaki itu cukup kuat sehingga ia sadar bahwa daritadi seperti
ada yang memperhatikannya. Lelaki itu melihat delisa lalu ia tersenyum pada
delisa. Ia tak mengerti mengapa lelaki itu tersenyum pada delisa, seharusnya ia
marah karna daritadi delisa memperhatikannya.
Pulang sekolah delisa
duduk lagi di koridor kelas, ia masih penasaran dengan lelaki itu,
sampai-sampai ia rela menunggu sampai 2 jam karna memang lelaki itu belum
muncul juga. Akhirnya setelah menunggu lelaki itu datang, delisa tetap
memperhatikan lelaki tersebut, dan akhirnya delisa memberikan senyuman kepada
lelaki tersebut dan senyum delisa pun dibalas olehnya. Hari demi haripun
berganti dellisa selalu mendapatkan senyuman dari lelaki tersebut. Hari ini
delisa ditemani fanya duduk di depan koridor kelas. Tak lama kemudian datanglah
lelaki itu
“fan kamu tau gak lelaki yang baru saja turun dari
motor itu?” Tanya delisa
“yang mana? Yang baru turun itu? Si fikri bukan?”
“mana aku tahu fanya, aku aja nanya sama kamu woo,
iya itu yang baru turun fanya jelek!”
“iya itumah fikri, kenapa? Kamu suka del?”
“aku suka sama senyumnya manis banget fan dengan gigi
gingsulnya ituloh ehehehe”
“yee dasar haha, yaudah ntar aku bilangin deh del aku
kenal kok sama dia, diakan temen smp aku”
“nggak deh fan aku hanya menagumi doang gak mau
memiliki, oh namanya fikri toh”
“yausadahhhhhhhhhhhhhh!!!!” fanya pergi meninggalkan
delisa
Pulang sekolah hujan turun begitu lebat, delisa yang sudah setengah jalan pulang dari sekolah terpaksa harus meneduh. Delisa melihat fikri menuju kearahnya mungkin ia mau meneduh juga, benar saja fikri berdiri disamping delisa. “yaTuhan mimpi apa aku semalam pangeran gingsulku ada disampingku!!!!” delisa teriak dalam hati tak percaya.
Pulang sekolah hujan turun begitu lebat, delisa yang sudah setengah jalan pulang dari sekolah terpaksa harus meneduh. Delisa melihat fikri menuju kearahnya mungkin ia mau meneduh juga, benar saja fikri berdiri disamping delisa. “yaTuhan mimpi apa aku semalam pangeran gingsulku ada disampingku!!!!” delisa teriak dalam hati tak percaya.
“hai, lo anak SMA N 4 juga kan?” Tanya fikri pada
delisa. Delisa yang tak menduga akan ditanya fikri pun sontak kaget ia tak
percaya kalau akan ditanya oleh fikri.
“ah? Apa? Eh iyaa kok sama” delisa menjawab dengan
terbata-bata karna gerogi
“kamu lucu ya, ngomongnya kaya gitu hahhahaa”
“dih malah ketawa!”
“eheehe maaf, siapa nama lo?” fikri memberikan senyum
itu pada delisa dengan jarak yang tak begitu jauh dari hadapan delisa tak
seperti biasanya senyum yang ia dapatkan hanya dari kejauhan saja.
“yaaTuhan indah banget senyumnya, matanya, wajahnya,
suaranya” delisa berkata dalam hati sambil senyum-senyum sendiri. Namun lamunan
delisa dihentikan oleh fikri yang menepuk pundaknya.
“eh iya kenpa? Nama aku nya? Aku delisa” delisa
langsung menarik tangan fikri dan tersenyum lebar selebarnya orang senyum.”
“oh aku fikri, kamu yang setiap pagi nungguin gw yah?
Nunggu disenyumin sama gw kan? Haha”
“dih kok kamu kepedean sih hahahha”
“hehhehe, bagaimana kalo suatu ghari nanti kamu ngga
bias lihat senyum aku lagi?”
“kok kamu ngomongnya begituh?”
“ya gak apa-apa habis lo tiap pagi nunggu senyum
manis gw mulu sih kasian hahhahaha”
“yee, kamu juga kan nunggu senyum dari aku? Hayo
ngaku hahah”
“dih senyum lo pait gak kaya senyum gw manis kaya
madu pake gulaa wleee”’
Mereka pun keasyikan mengobrol hingga hujan sudah
mulai mereda, dan delisa pun pulang bersama fikri. Sesampainya dirumah delisa
langsung membuka buku diarynya dan menceritakan apa yang terjadi pada hari ini
sungguh hari yang begitu indah.
“Aku
bahagia melihat senyum itu, apalagi senyum itu bias disampingku ditemani hujan
rintik-rintik canda, dan tawa serta kehangatan sosok pangeran yang aku impikan.
Aku bahagia bias menikmati indahnya hujan bersama fikri, dan kini hujan menjadi
kebahahagiaanku. Dan aku ikhlas apabila waktu berhenti saat itu juga karena ada
fikri disampingkuJ”
Hanphone
delisa berbunyi “del, lo harus kerumah sakit sekarang juga!!!!” fanya
menelephone dengan suara yang tergesah-gesah.
“hah? Ke rumah sakit? Siapa yang sakit?”
“fikri del, fikri kecelakaan!!!”
Suara fanya seperti boomerang yang dihantam kedalam
dadanya begitu sakit. Delisa terdiam sekejap lalu meneteskan airmata, dan ia
langsung berlari mengambil motor dan jalan dengan secepat-cepatnyaa.
Sesampainya di Rumah sakit yang ia temukan hanya tinggal jasad fikri dengan
senyum diwajahnya.
Kini delisa mengerti kenapa fikri kemarin bicara seaakan-akan ia akan pergi jauh. Kini hanya seutas kenangan hujan rintik-rintik yamg membuat ia teringat kepada fikri.
Kini delisa mengerti kenapa fikri kemarin bicara seaakan-akan ia akan pergi jauh. Kini hanya seutas kenangan hujan rintik-rintik yamg membuat ia teringat kepada fikri.
Pagi
ini disekolah hujan turun rintik-rintik, hujan dimana pertama kali delisa
mendapatkan senyum indah dari fikri kini takada lagi senyum itu hanya bayangan
dan kenganan mungkin takan bias dilupakan begitu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar