simple


Minggu, 23 Desember 2012

Ketika senyum itu pergi:')

Pagi ini hujan turun, Delisa duduk di koridor kelas ia merasakan tetes demi tetes air hujan yang turun dengan tenang begitu indah mengalir membasahi pagi ini. Tiba-tiba sosok lelaki datang di hadapan delisa, matanya mengikuti jejak langkah lelaki itu, mungkin perasaan lelaki itu cukup kuat sehingga ia sadar bahwa daritadi seperti ada yang memperhatikannya. Lelaki itu melihat delisa lalu ia tersenyum pada delisa. Ia tak mengerti mengapa lelaki itu tersenyum pada delisa, seharusnya ia marah karna daritadi delisa memperhatikannya.
Pulang sekolah delisa duduk lagi di koridor kelas, ia masih penasaran dengan lelaki itu, sampai-sampai ia rela menunggu sampai 2 jam karna memang lelaki itu belum muncul juga. Akhirnya setelah menunggu lelaki itu datang, delisa tetap memperhatikan lelaki tersebut, dan akhirnya delisa memberikan senyuman kepada lelaki tersebut dan senyum delisa pun dibalas olehnya. Hari demi haripun berganti dellisa selalu mendapatkan senyuman dari lelaki tersebut. Hari ini delisa ditemani fanya duduk di depan koridor kelas. Tak lama kemudian datanglah lelaki itu
“fan kamu tau gak lelaki yang baru saja turun dari motor itu?” Tanya delisa
“yang mana? Yang baru turun itu? Si fikri bukan?”
“mana aku tahu fanya, aku aja nanya sama kamu woo, iya itu yang baru turun fanya jelek!”
“iya itumah fikri, kenapa? Kamu suka del?”
“aku suka sama senyumnya manis banget fan dengan gigi gingsulnya ituloh ehehehe”
“yee dasar haha, yaudah ntar aku bilangin deh del aku kenal kok sama dia, diakan temen smp aku”
“nggak deh fan aku hanya menagumi doang gak mau memiliki, oh namanya fikri toh”
“yausadahhhhhhhhhhhhhh!!!!” fanya pergi meninggalkan delisa
Pulang sekolah hujan turun begitu lebat, delisa yang sudah setengah jalan pulang dari sekolah terpaksa harus meneduh. Delisa melihat fikri menuju kearahnya mungkin ia mau meneduh juga, benar saja fikri berdiri disamping delisa. “yaTuhan mimpi apa aku semalam pangeran gingsulku ada disampingku!!!!” delisa teriak dalam hati tak percaya.
“hai, lo anak SMA N 4 juga kan?” Tanya fikri pada delisa. Delisa yang tak menduga akan ditanya fikri pun sontak kaget ia tak percaya kalau akan ditanya oleh fikri.
“ah? Apa? Eh iyaa kok sama” delisa menjawab dengan terbata-bata karna gerogi
“kamu lucu ya, ngomongnya kaya gitu hahhahaa”
“dih malah ketawa!”
“eheehe maaf, siapa nama lo?” fikri memberikan senyum itu pada delisa dengan jarak yang tak begitu jauh dari hadapan delisa tak seperti biasanya senyum yang ia dapatkan hanya dari kejauhan saja.
“yaaTuhan indah banget senyumnya, matanya, wajahnya, suaranya” delisa berkata dalam hati sambil senyum-senyum sendiri. Namun lamunan delisa dihentikan oleh fikri yang menepuk pundaknya.
“eh iya kenpa? Nama aku nya? Aku delisa” delisa langsung menarik tangan fikri dan tersenyum lebar selebarnya orang senyum.”
“oh aku fikri, kamu yang setiap pagi nungguin gw yah? Nunggu disenyumin sama gw kan? Haha”
“dih kok kamu kepedean sih hahahha”
“hehhehe, bagaimana kalo suatu ghari nanti kamu ngga bias lihat senyum aku lagi?”
“kok kamu ngomongnya begituh?”
“ya gak apa-apa habis lo tiap pagi nunggu senyum manis gw mulu sih kasian hahhahaha”
“yee, kamu juga kan nunggu senyum dari aku? Hayo ngaku hahah”
“dih senyum lo pait gak kaya senyum gw manis kaya madu pake gulaa wleee”’
Mereka pun keasyikan mengobrol hingga hujan sudah mulai mereda, dan delisa pun pulang bersama fikri. Sesampainya dirumah delisa langsung membuka buku diarynya dan menceritakan apa yang terjadi pada hari ini sungguh hari yang begitu indah.
“Aku bahagia melihat senyum itu, apalagi senyum itu bias disampingku ditemani hujan rintik-rintik canda, dan tawa serta kehangatan sosok pangeran yang aku impikan. Aku bahagia bias menikmati indahnya hujan bersama fikri, dan kini hujan menjadi kebahahagiaanku. Dan aku ikhlas apabila waktu berhenti saat itu juga karena ada fikri disampingkuJ
Hanphone delisa berbunyi “del, lo harus kerumah sakit sekarang juga!!!!” fanya menelephone dengan suara yang tergesah-gesah.
“hah? Ke rumah sakit? Siapa yang sakit?”
“fikri del, fikri kecelakaan!!!”
Suara fanya seperti boomerang yang dihantam kedalam dadanya begitu sakit. Delisa terdiam sekejap lalu meneteskan airmata, dan ia langsung berlari mengambil motor dan jalan dengan secepat-cepatnyaa. Sesampainya di Rumah sakit yang ia temukan hanya tinggal jasad fikri dengan senyum diwajahnya.
Kini delisa mengerti kenapa fikri kemarin bicara seaakan-akan ia akan pergi jauh. Kini hanya seutas kenangan hujan rintik-rintik yamg membuat ia teringat kepada fikri.
Pagi ini disekolah hujan turun rintik-rintik, hujan dimana pertama kali delisa mendapatkan senyum indah dari fikri kini takada lagi senyum itu hanya bayangan dan kenganan mungkin takan bias dilupakan begitu saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar